Tuesday, November 5, 2013

0

Ritual 1 syuro di Desa Kalikidang "penggal kepala kambing"

ritual 1 syuro di desa kalikidang

Tradisi sebuah wilayah tertentu merupakan ciri khaas dari sebuah adat yang berkembang diwilayah tersebut. Indonesia memiliki kekayaan tradisi yang luar biasa salah satunya adalah tradisi Persembahan sesaji kepala kambing yang dilakukan oleh warga Desa Kalikidang kecamatan Pagentan Banjarnegara.


Ritual persembahan kepala kambing pada bulan suro dipercaya merupakan sebuah persembahan kepada bumi agar terjaga dari musibah baik itu bencana alam maupun paceklik, kekeringan dan kelaparan. tradisi ini sudah dilakukan turun temurun di Desa Kalikidang.

Kronologis ritual

1. Yang dituakan di Desa memanggil beberapa orang untuk bermusyawarah mengenai ritual yang akan dilakukan

2. setelah terjadi kesepakatan waktu yang tepat untuk memulai ritual kemudian berita disebar luaskan kepada masyarakat setempat.

3. Prosesi ritual dilaksanakan pada pagi hari

4. Kambing jantan "bandot" harus yang mempunyai ciri khusus yaitu bertubuh hitam dan mempunyai belang putih di bagian perut yang memutari punggung.

5. Potongan kepala Kambing tersebut kemudian ditanam atau di kubur di tengah tengan perempatan jalan di tengah desa atau wilayah tersebut.

6. Daging kambing pada bagian badan kemudian dimasak disalah satu rumah "yang dituakan" untuk makan bersama para crew ritual kemudian sisanya untuk menjamu para penari Kuda Kepang jika mengadakan acara susulan. bisa berupa pertunjukan wayang kulit atau lenggeran.

Mayoritas bahkan keseluruhan warga desa kalikidang beragama islam. Desa yang tergolong makmur dibanding desa lain karena komoditi utamanya adalah salak pondoh dan secara geografis warga desa kalikidang memiliki areal perkebunan yang luas.

Banyak diceritakan akan manfaat dari ritual tersebut adalah sebagai tumbal bumi atau persembahan untuk bumi agar tidak terjadi bencana namun seiring perkembangan jaman dan teknologi koni ritual ini berangsur dihilangkan sekitar tahun 1994. namun antara percaya dan tidak desa tersebut setelah berhenti menjalankan ritual  banyak sekali tertimpa musibah salah satunya adalah longsor. sampai sekarang bencana tanah longsor merupakan musuh utama dari warga desa kalikidang walau tidak ada korban jiwa namun masyarakat kalikidang yang terkena longsor mengungsi dan bermukim kemudian membentuk sebuah perkampungan kecil yang tidak jauh dari Kalikidang.

Apabila anda yang ingin mengunjungi desa yang sangat fenomenal akan keragaman budaya lokal serta keramahan warganya yang tidak akan pernah dijumpai dimanapun anda pasti akan takjub melihat jalan yang berlubang atau retak dengan diameter yang besar. namun untuk mensiasati perubahan jalan, masyarakat Kalikidang secara bergotong royong membangun jalan alternatif.

Sekarang Kalkidang sudah mulai bersaing dengan perkembangan jaman namun ritual ritual dari leluhur kuno bukan tidak mungkin akan dilakukan kembali.


Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 komentar:

Post a Comment